Saya tidak perlu berbasa-basi menyampaikan pengantar yang ngalor sana ngalor sini. Langsung saja dibaca makalahnya dibawah ini, semoga bisa membantu teman-teman sekalian.
Makalah
Makalah
ETIKA PERGAULAN REMAJA
Diajukan untuk memenuhi
tugas materi: Bahasa Indonesia
Yang diampu oleh Bapak: Subairi., S. Pd. I
OLEH:
KHAIRUNNAS
MADRASAH ALIYAH AN-NAJAH I
Jl. Raya Kompleks PP. An-Najah I Karduluk
Pragaan

BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Masa remaja merupakan
masa peralihan dari anak-anak untuk menjadi dewasa yang ditandai dengan
kebimbangan serta keguncangan emosi dalam hal mencari pegangan hidup, ilmu
pengetahuan, masa depan, bahkan dalam hal pasangan. Masa remaja adalah masa
dimana seseorang telah sampai pada masanya untuk berjuang menemukan jati diri
yang sebenarnya, tanpa harus identik dengan orang lain. Karena, pada masa
inilah seseorang akan mulai menunjukkan siapa dirinya kepada orang lain agar ia
diakui atau sebagai penegasan identitas diri.
Masa ini
merupakan masa pertumbuhan dan juga pergantian fisik dari seseorang. Bukan
hanya fisiknya saja yang berubah; suara, bentuk tubuh dan juga penampilannya
akan ikut berubah. Suara yang awalnya nyaring kekanak-kanakan akan berubah
menjadi besar seakan-akan sedang terkena flu, karena suaranya terdengar aneh.
Pada masa
perkembangan ini, bimbingan serta didikan dari orang sekitar sangatlah
diperlukan agar remaja itu tidak salah dalam melangkah dan bergaul dengan dunia
luar. Remaja juga harus dibina bagaimana cara bertindak dan mengambil keputusan
juga diperhatikan agar bisa berpikir lebih dewasa. Terutama dalam hal akhlak
(moral), karena akhlak adalah titik utama dalam hal bergaul dengan masyarakat
luas.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Apa
yang dimaksud dengan masa remaja ?
2.
Bagaimana
seharusnya para remaja beretika?
3.
Bimbingan
semacam apa yang seharusnya orang tua lakukan ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN MASA REMAJA
Masa remaja merupakan masa dimana
seseorang tengah mencari dan memperkenalkan identitas diri atau status sosial
yang ada pada dirinya. Status sosial ini bisa diartikan sebagai kedudukan atau
posisi seseorang dalam kelompok masyarakat yang meliputi keseluruhan posisi
sosial dari yang terendah sampai teratas.[1]
Pada masa ini, seseorang akan mengalami masa pubertas yang ditandai dengan
tumbuhnya jerawat, perubahan pada postur tubuh menjadi tinggi dan besar karena
telah menjadi seorang remaja.
Perubahan biologis yang terjadi pada
anak laki-laki yaitu dengan tumbuhnya bulu kumis, jenggot, perubahan bentuk
bahu yang semakin bidang, dan otot-ototnya mulai berkembang sehingga tampak
gagah. Masa pubertas pada anak laki-laki juga ditandai dengan dialaminya mimpi
indah atau keluarnya sperma.
Adapun perubahan biologis dari anak
perempuan adalah dengan mengalami menstruasi (haid). Pada tingkat ini, anak
perempuan tersebut mulai terlihat cantik, menarik, dan mulai mengembangkan
bahasa isyarat yang dapat menarik lawan jenisnya dengan berhias, berpakaian
rapi dan indah sebagai daya pikat.[2]
Pada hakikatnya, masa remaja adalah
masa peralihan dari masa anak-anak menuju dewasa. Sehingga, pada masa inilah
seseorang akan sibuk berjuang mencari jati dirinya, mencari tahu apa yang
sebenarnya ada pada dirinya, mencari tahu apa yang harus dan akan dia lakukan,
menemukan kelebihan dan kekurangan, dan mempersiapkan diri atas semua yang akan
dia hadapi pada saat dewasa nanti.
Dalam proses pencarian jati diri
ini, motivasi dan bimbingan dari orang disekelilingnya sangatlah diperlukan.
Motivasi agar tidak menyerah dalam proses pencarian jati dirinya, terus
menggali potensi diri dan meningkatkan kreatifitas. Bimbingan agar dalam proses
pencariannya tidak salah mengambil jalan, tetap dalam koridor ajaran Islam dan
tidak menyalahi norma yang ada.
B.
AKHLAK DALAM PERGAULAN REMAJA
Islam adalah agama yang sempurna
yang mengatur manusia dalam segala aspeknya. Ajaran Islam tidak hanya mengatur
hubungan vertikal manusia kepada Tuhannya, namun juga mengajarkan hubungan
horizontal dengan sesamanya. Karena itulah, Islam mengajarkan kepada manusia
bagaimana cara berinteraksi dengan masyarakat, bersosial, dan mengabdi kepada
sang Pencipta yang kemudian disebut dengan istilah adab (akhlak).
Akhlak ialah sikap yang digerakkan
oleh jiwa yang menimbulkan tindakan dan perbuatan dari manusia baik kepada
Tuhan maupun kepadanya sesama manusianya.[3]
Dalam bahasa Indonesia, akhlak ini
lebih dikenal dengan istilah etika atau moral yang merupakan faktor utama dalam
pergaulan dimasyarakat. Hal yang pertama kali dinilai saat sedang berinteraksi
atau bergaul dengan masyarakat tentunya adalah akhlak. Jika akhlaknya baik
dalam interaksinya, tentu masyarakat atau orang lain disekelilingnya juga akan
merespon baik terhadap apa yang telah seseorang itu lakukan.
Dalam pergaulan sehari-hari ditengah
masyarakat, terutama para remaja harus memiliki pegangan atau prinsip yang harus
dikembangkan:
1. Mampu mengontrol dan membawa diri dalam segala situasi;
2. Mencari teman yang baik yang mampu memberikan motivasi untuk mengembangkan
potensi diri;
3. Bertanggung jawab atas semua tugas yang diemban sebagai bekal untuk
masa depan;
4. Mengembangkan kemampuan diri demi mencapai prestasi yang gemilang;
5. Tidak murah larut dalam kesenangan dan pergaulan bebas karena hal
tersebut menyebabkan menurunnya kemampuan dan menghancurkan masa depan.[4]
Secara faktual harus diakui bahwa
dalam kehidupan remaja terdapat beberapa hal khusus yang perlu mendapat
perhatian, disamping ketentuan umum tentang hubungan bermasyarakat. Beberapa
hal khusus tersebut antara lain tentang mengucapkan dan menjawab salam,
berjabat tangan, khalwat, serta mencari teman yang baik.
1.
Mengucapkan
dan menjawab salam. Islam mengajarkan kepada umatnya untuk membiasakan diri
mengucapkan salam apabila bertemu dengan sesama muslimnya;
2.
Berjabat
tangan. Dianjurkan guna menguatkan tali silaturrahim antar sesama muslim;
3.
Khalwat
(berdua-duaan antara pria dan wanita). Rasulullah melarang pria dan wanita yang
bukan mahram berdua-duaan ditempat sepi tanpa ditemani orang ketiga;
4.
Mencari
teman yang baik. mencari teman yang baik adalah suatu keharusan bagi remaja,
karena teman secara tidak langsung dapat mempengaruhi karakter seseorang.
Pergaulan sesama Muslim banyak
diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW., dengan para sahabatnya. Salah satunya
diterangkan dalam hadits:
خَمْسٌ مِنْ حَقِّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ رَدُّالتَّحِيَّةِ
وَاِجَابَةِ الدَعْوَةِ وَشُهُوْدُالْجَنَازَةِ وَعِيَادَةُ الْمَرِيْضِ وَتَشْمِيْتُ
الْعَاطِسِ اِذَاحَمِدَاللهَ. رواه ابن ماجه
Ada lima
macam kewajiban orang Islam terhadap orang Islam lainnya, yaitu membalas salam,
memenuhi undangan, melayat jenazah, menjenguk orang sakit, dan berdoa bagi
orang yang bersin apabila memuji Allah (membaca hamdalah). (H.R. Ibnu Majah no. 1425)
Hadits yang
diriwayatkan oleh Ibnu Majah tersebut menerangkan bahwa terdapat lima kewajiban
seorang muslim terhadap muslim lainnya. yaitu menjawab salam, memenuhi
undangan, menyaksikan dan mengantarkan jenazah saudaranya sampai keliang lahat,
menjenguk saudaranya yang sedang sakit, dan mendoakan saudaranya yang bersin.[5]
C. MEMBINA
AKHLAK REMAJA
Akhlak yang
baik adalah fondasi agama dan merupakan hasil dari usaha orang-orang bertakwa.
Dengan akhlak yang baik, pelakunya akan terangkat kederajat tertinggi. Tidak
amalan yang lebih berat dalam timbangan seorang mukmin dari pada akhlak yang
baik.
Rasulullah
SAW., menasihati seseorang yang meminta nasihat kepada beliau dengan nasihat, “Pergaulilah
orang banyak dengan akhlak yang baik”.
Pada
dasarnya remaja memerlukan adanya hubungan harmonis dengan sesama anggota
keluarganya. Remaja juga memerlukan suasana demokratis, kritis, jujur, dan
keterbukaan diantara anggota keluarganya. Dengan demikian, segala masalahnya
dapat dikomunikasikan dengan baik, termasuk semua permasalahan yang mendasar,
seperti bagaimana cara menanamkan akidah kepada dirinya.[6]
Gaya dan
perilaku anak bergantung pada keharmonisan pimpinan dalam memberikan kasih
sayang dan pengertian kepada anggota keluarga yang lain. Pimpinan (ayah dan
ibu) merupakan tonggak atau contoh konkrit bagi anak sebagai pendidik pertama
dan utama.
Pengarahan
yang tepat adalah dengan mengikuti contoh konkrit lewat keteladanan Rasulullah
SAW. Dengan dukungan orang tua dan pendidikan formal, diharapkan agar remaja
tersebut mampu memperkuat dasar akidahnya sehingga dia akan siap terjun dalam
pergaulan masyarakat dan bisa menjalankan tanggung jawabnya.[7]
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Masa remaja
merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Pada masa ini
seseorang mulai mencari tahu jadi dirinya. Pemikirannya mulai dewasa dan
idealis namun masih cenderung kekanak-kanakan. Oleh karena itu, pada masa ini
hendak diisi dengan hal-hal yang positif dan kreatif.
Pada
hakikatnya remaja sedang sibuk berjuang menghadapi dunia luar dan lingkungan
yang kurang serasi, kontradiksi serta penuh ketidakstabilan. Akibatnya, mereka
akan mudah terpuruk, selalu merasa cemas, kebingungan, dan putus asa.
Akhlak tidak
hanya difokuskan pada yang hubungan yang secara vertikal (kepada Tuhan) saja,
namun juga diimbangi dengan hubungan horizontal (kepada sesama makhluk).
Implementasi akhlak secara horizontal diterapkan dengan adanya hubungan atau
interaksi dengan masyarakat luas dengan menjalankan tanggung jawab sebagaimana
yang telah ia emban.
B. SARAN
Remaja
haruslah mewaspadai dan menjauhi perilaku negatif seperti keluyuran,
menghabiskan waktu tanpa agenda dan tujuan yang jelas, bermalas-malasan dan
suka menunda atau meringankan pekerjaan, ragu-ragu dan cenderung bimbang dalam
menjalani kehidupan, sering mengecilkan kemampuan dan potensi diri, dan lebih
mementingkan bermain ataupun bersantai dari pada belajar.
Pada fase
ini, bimbingan dari orang tua, lingkungan atau orang disekelilingnya sangatlah
diperlukan agar remaja dalam pencarian jati dirinya tidak salah mengambil
jalan.
DAFTAR PUSTAKA




[1] Fitri Wulandari, Sosiologi (Klaten: Viva
Pakarindo). 2013, hal. 5.
[2] Roli Abdul Rohman., M. Khamzah, Akidah dan Akhlak 2
(Solo: PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri). 2013, hal. 121.
[3] Indrawan, Kamus Ilmiyah Populer (Jombang:
Lintas Media). 1999, hal. 19.
[4]
Roli Abdul Rohman., M. Khamzah, Akidah dan
Akhlak 2 (Solo: PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri). 2013, hal. 123
[5] Lilis Fauziyah., Andi Setyawan, Kebenaran Al-Qur’an
dan Hadits 3 (Solo: PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri). 2013, hal. 82
[6] Roli Abdul Rohman., M. Khamzah, Akidah dan Akhlak 2 (Solo:
PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri). 2013, hal. 125
[7] Ibid...
Komentar
Posting Komentar